Skip to main content

Ulas Buku : Girl, Wash Your Face! by Rachel Hollis

Hasil gambar untuk rachel hollis book 


Jadi bulan Januari lalu saya berhasil membaca tiga buku, salah satunya adalah buku Rachel Hollis yang berjudul Girl, Wash Your Face.  Alasan saya membaca buku ini adalah (tentunya) masuk ke dalam golongan buku 2018 yang direkomendasikan banyak orang.

Buku ini menceritakan kisah hidup Rachel, mulai dari kakaknya yang memutuskan untuk bunuh diri, kisah cintanya, pengalamannya mengadopsi anak, dan banyak hal lainnya, terutama tentang dia sebagai seorang ibu. 

Dari setiap kisahnya, Rachel selalu menceritakan bagaimana dia bangkit dalam menghadapi setiap masalah itu, kemudian menyusun poin-poin mengenai apa yang ia lakukan dan ia rekomendasikan untuk dilakukan ketika kita mengalami hal yang sama. Yah, seperti bertemu dengan psikolog, bercerita kepada orang lain, berdiskusi dengan pasangan, dan sebagainya. 

Dalam bukunya, Rachel juga menunjukkan bahwa dia adalah seorang Kristen yang cukup patuh.

Dan konklusinya : Buku ini menceritakan tentang "Rachel, yang meskipun menikah dengan orang terkenal dan menjadi seorang entrepreneur yang sukses juga mengalami hal-hal yang buruk seperti orang lainnya."

Rate : 3,5/5

Tanggapan : Kenapa buku ini tidak mendapatkan banyak bintang. Ea. Maksudnya lima bintang atau mungkin empat, karena menurut saya buku ini terlalu ringan dan topiknya sangat umum.

Ah, gimana sih maksudnya?

Rachel menceritakan tentang kisah cintanya, di mana dia jatuh cinta dengan seseorang, disakiti, baikan dan menikah, ehm, dengan dramatis. Maksudnya, itu kisah cuma begitu aja tapi menjadi satu chapter yang menurut saya terlalu didramatisir. Kisah itu nggak ada apa-apanya sama kisah cinta orang lain. Tapi dia tulis seakan itu adalah pengalaman hebat yang akan menginspirasi banyak orang. Padahal biasa aja.

Yah, begitu pula hal yang lainnya. 

Rachel seperti seorang motivator yang tidak memiliki banyak bahan untuk memotivasi orang lain. 

"Girl, you can do it!"

Yah, kata-kata itu bahkan sudah bosan untuk didengar, Rachel.

Sekarang kita butuh buku motivasi yang lebih ilmiah dan meyakinkan. Atau setidaknya lebih nyata dan tidak klise seperti yu ken do it. We want to know why we can do it? Why did you say that every girl can do it? 

Begitulah buku ini berjalan. Dipenuhi dengan cerita-cerita yang menurut saya tidak terlalu 'wow' untuk dibukukan. Ehm, kalau dijadikan novel chicklit mungkin bisa, mengingat Rachel adalah perempuan mandiri yang mampu membangun bisnis sehebat itu. Mantap. Namun tidak untuk sisi kisah yang lain, untuk dijadikan buku pengembangan diri.

Yah, jadi kalau kamu tidak suka membaca buku yang ringan, mungkin bisa berbalik haluan dan memilih buku lain. Tapi kalau memang mau membaca dan melihat kisah 'sebenarnya' dari etrepreneur hebat seperti Rachel Hollis, baca aja!

 Untuk yang sudah membaca bukunya, menurut kalian bagaimana?

Comments

Popular posts from this blog

Inkonsistensi Gaya Bahasa Ketika Nge-blog

  Dari dua post saya sebelumnya, ada sebuah inkonsistensi yang janggal dan memalukan. Bahkan dengan blog post yang satu ini. Jadi masalahnya ada pada saya yang menulis dengan kata ganti yang berbeda dari ketiga post pertama ini. Saya pada awalnya menggunakan kata ganti 'aku' pada postingan Yuk, Nge-Bujo Bebas Ala Pemula 2019 , kemudian 'gue' pada postingan Sisi Lain Gaya Hidup Minimalis , dan sekarang menulis dengan kata ganti 'saya'.  Sebuah kelabilan yang memalukan. Setiap blogger pastinya memiliki gaya bahasa yang berbeda. Ada alasan yang membuat saya mengganti-ganti kata ganti sampai tiga kali ini. Nah, untuk setiap kata ganti akan saya paparkan alasannya. 1. AKU Saya menggunakan kata 'aku' karena pada saat itu merasa bahwa kata ganti ini masih cukup personal namun sopan dan universal. Makanya saya pakai. Namun sayangnya, saya merasa kesulitan dan tidak nyaman. Beberapa kata rasanya tidak nyambung dengan kata berikutnya....

dirangkul purnama | im blue

Memeluk diri sendiri Menghibur diri sendiri Bahkan untuk itu saja aku tak mampu Aku biru dan abu-abu Aku jemu dan tak ditunggu Hidup selayaknya harus lekas bergegas sebab aku manusia yang membosankan Tapi nyatanya ia tak bisa sebab aku betah hidup Seringkali perasaan biru mengganggu hingga aku membeku Seperti berlebih hingga aku menulis puisi padahal aku sudah tak biasa Sampai kapan seseorang merasa begitu sendiri hingga menganggap bahwa dirinyalah yang paling kesepian? Apakah itu akan cepat? Ataukah ada obatnya? Tolong katakan. Sebab aku sedang begitu.

di ujung senja | Bercinta Sendiri

Source : Pinterest Bukan hanya mimpi, cinta perlu diraih Tinggi, terombang-ambing ingin dicumbui Berlari, kencang ingin dikejar Kemudian terengah-engah Bukan cintanya, namun aku Ternyata hanya mimpi Bercinta sendiri 21.51 07/01/2019