Skip to main content

Inkonsistensi Gaya Bahasa Ketika Nge-blog

 

Dari dua post saya sebelumnya, ada sebuah inkonsistensi yang janggal dan memalukan. Bahkan dengan blog post yang satu ini.

Jadi masalahnya ada pada saya yang menulis dengan kata ganti yang berbeda dari ketiga post pertama ini.

Saya pada awalnya menggunakan kata ganti 'aku' pada postingan Yuk, Nge-Bujo Bebas Ala Pemula 2019, kemudian 'gue' pada postingan Sisi Lain Gaya Hidup Minimalis, dan sekarang menulis dengan kata ganti 'saya'. 

Sebuah kelabilan yang memalukan.

Setiap blogger pastinya memiliki gaya bahasa yang berbeda. Ada alasan yang membuat saya mengganti-ganti kata ganti sampai tiga kali ini. Nah, untuk setiap kata ganti akan saya paparkan alasannya.

1. AKU

Saya menggunakan kata 'aku' karena pada saat itu merasa bahwa kata ganti ini masih cukup personal namun sopan dan universal. Makanya saya pakai. Namun sayangnya, saya merasa kesulitan dan tidak nyaman. Beberapa kata rasanya tidak nyambung dengan kata berikutnya.

Hal inilah yang membuat saya berpikir dan mempertimbangkan kata ganti berikutnya,

2. GUE

Nah, entah kenapa, ketika menulis tentang Sisi Lain Gaya Hidup Minimalis saya merasa menggunakan kata ganti 'gue-lo' akan sangat nyaman dan menarik. Nyatanya iya.

Setiap membaca tulisan pada blogger lifestyle dan personal experiences, saya merasa kata ganti ini mampu membuat tulisan menjadi lebih mengalir dan seru untuk dibaca. Lebih terasa jujur dan akrab. Sampai pada akhirnya saya aplikasikan pada penulisan artikel saya yang kedua. 

Eh, saya merasa ada yang aneh lagi.

Mungkin tulisannya menjadi nyaman dibaca dan terasa mengalir, tapi tidak jujur. Maksudnya seperti apa?

Jadi saya bukanlah anak gaul Jakarta yang kesehariannya menggunakan kata ganti sepert itu. Saya seperti berusaha menjadi sok asik dan sok gaul sedang pada kenyataannya tidak seperti itu.

Itu bukan gaya bicara saya, dan sesuatu yang tidak jujur pada akhirnya tidak akan berakhir baik.

Nah, sampailah saya kepada kata ganti yang ketiga,

3. SAYA

Kata ganti ini saya rasa lebih fleksibel daripada 'aku'. Selain itu, kata ganti ini juga lebih cocok untuk saya

Untuk saya pribadi, secara personal, tetap ingin menulis dengan gaya yang bebas. Jadi semoga saja kata ganti ini tidak mampu membatasi saya dalam berekspresi.

So, mari kita mulai.

Ehm, btw, ini keresahan saya yang pertama.

Yah, terkadang manusia memang sering diresahkan oleh hal-hal yang tidak begitu penting.

Comments

Popular posts from this blog

di ujung senja | Bercinta Sendiri

Source : Pinterest Bukan hanya mimpi, cinta perlu diraih Tinggi, terombang-ambing ingin dicumbui Berlari, kencang ingin dikejar Kemudian terengah-engah Bukan cintanya, namun aku Ternyata hanya mimpi Bercinta sendiri 21.51 07/01/2019

Ulas Buku : Girl, Wash Your Face! by Rachel Hollis

  Jadi bulan Januari lalu saya berhasil membaca tiga buku, salah satunya adalah buku Rachel Hollis yang berjudul Girl, Wash Your Face.  Alasan saya membaca buku ini adalah (tentunya) masuk ke dalam golongan buku 2018 yang direkomendasikan banyak orang. Buku ini menceritakan kisah hidup Rachel, mulai dari kakaknya yang memutuskan untuk bunuh diri, kisah cintanya, pengalamannya mengadopsi anak, dan banyak hal lainnya, terutama tentang dia sebagai seorang ibu.  Dari setiap kisahnya, Rachel selalu menceritakan bagaimana dia bangkit dalam menghadapi setiap masalah itu, kemudian menyusun poin-poin mengenai apa yang ia lakukan dan ia rekomendasikan untuk dilakukan ketika kita mengalami hal yang sama. Yah, seperti bertemu dengan psikolog, bercerita kepada orang lain, berdiskusi dengan pasangan, dan sebagainya.  Dalam bukunya, Rachel juga menunjukkan bahwa dia adalah seorang Kristen yang cukup patuh. Dan konklusinya : Buku ini menceritakan tentang "Rach...